27 November 2010

Seruan dalam Ruang

Seruan dalam ruang
Tak tentu sekarang artinya
Ketika dapat
Insannya dalam rengkulan semesta
Asas kira-mengira tak perjelas
Hatinya kini ada dimana
Dan aku,
Tiada kuasa menahan hujannya yang deras
Bukan di bawah mendungnya mega
Karena tak kenal semesta
Bermukim ia di padang rumput hijau
Semoga,
Tidak dahulu jua sekarang

Jakarta, 27 November 2010
riskaar

Dihamba Manusia

Tegak antar lautan, samudera
Biasa, setara
Hambaan tidak bicara

Dikutip dari balik pintu, jeruji
Berseru, namun tak berani
Hamba umpat diri

Menyudut di ujung melodi yang lepas
Merasa, tak menumpas
Kau dan yang ganas

Direkat ujung dan ujung dan tak sia-sia
Ucap dan tak ter-iya
Kau dihamba manusia

Jakarta, 27 November 2010
riskaar

10 October 2010

Mengapa Bertahan

Kapankah angin mengejut kesunyian?
Hening mengejut jiwa?
Saat hamparan alam di muka
Bagaimana bisa angin mengejut kesunyian?
Hening mengejut raga?
Hanya aku yang bisa
Bagaimana bisa pisau tak mengejutku?
Dalamnya jarum tak merasuk?
Takkan ada yang bisa
Mengapa dapat ku berdiri tanpa tempat 'tuk berpijak?
Mengapa dapat ku selami samudera tak bernama?
Mengapa dapat ku gores tinta dalam erangan keheningan?
Jangan tanya,
Sekalipun kau angkat pisau ancam aku
Sama sekali sampai mati takkan ku tahu

Jakarta, 10 Oktober 2010
riskaar

01 October 2010

Aku Bukan Bagian

Ruang kecil di muka sekolah
Ada peluh kutapak ubinnya
Tiada kawan aku meramu
Ini air mata tak tahu diri
Fakta hitam di sini berada
Alasan dimana berada
Apa perlu kurajam air mata?
Cari, cari tiada henti
Aku bukan bagian
Akan dan telah itu tersampai
Tapi itu yang putih
Tak perlu ia lari
Masih saja air mata tak tahu diri
Aku tak takut
Tahan aku pada semua
Tahan aku, pada semua

Jakarta, 1 Oktober 2010
riskaar

28 September 2010

Lelah

Kebajikan saja menghantui
Pemerasan otak betul jahanam
Rasa tak mampu kemudi diri
Hitam tinggal hingga enam

Jakarta, 28 September 2010
riskaar

Benar

Benar tak beda kami dia
Benar akhir unjuk segala
Benar aku bukan dia
Benar mata lihat yang ada

Jakarta, 28 September 2010
riskaar

Dan Semua Dipilih Terpilih

Dan semua dipilih terpilih
Tersenyum lukisan pemimpin negeri
Meringis hati menahan perih
Ini air mata tak tahu diri

Dan semua dipilih terpilih
Dari titik jauh terjatuh
Buat daya 'tuk tahan diri
Dari apa di muka berlabuh

Jakarta, 28 September 2010
riskaar

27 September 2010

Orang-Orang Penting

Melihat sekeliling ruang
Seisi buat ku tak bermakna
Yang itu rasa selalu terbutuh
Yang ini rasa selalu tak salah
Tinggal yang lemah
Hitung satu, dua potong kertas
Tulis satu, dua kata
Siapa tekad 'tuk selubung dinginnya hati
Hadapi keadaan terpimpin tak adil

Jakarta, 27 September 2010
riskaar

25 September 2010

Jangan Simpulkan

Dimana waktu akan berhenti
Dimana akan kutapakkan kaki lebih tinggi
'Kan membeku mereka
mereka yang bermulut besar
Apa tahu mereka?
Ucap kesimpulan tak berdasar
Tajam mataku menembus tulang
Tetap acuh, selamanya mereka acuh
Pendirian tiada berubah
Meski tangis dan amarah mengawan
Aku rasa ingin menyerah
Pasti kutunggu, dimana waktu akan berhenti
Dimana akan kutapakkan kaki
lebih tinggi lagi

Jakarta, 25 September 2010
riskaar

23 September 2010

Andaian

Andai kami punya sayap
dan langit memiliki perhentian
di setiap celah
Andai kami kami punya segala
dan bumi tiada perhentian
di setiap celah
Pasti dapat kami susuri perhentiannya langit
dapat kami buat perhentiannya bumi
Andai ada kami dapat
susuri perhentian langit, buat perhentian bumi
di setiap celah
'kan kami tinggalkan sayap dan segala
buat yang berandai punya
buat yang berandai dapat

Jakarta, 23 September 2010
riskaar